Halaman

Senin, 13 Desember 2010

Sejarah Persebaya Surabaya


Sejarah Persebaya

Persebaya didirikan pada 18 Juni 1927 dengan nama Soerabhaiasche Indonesische Voetbal Bond [SIVB]. Tim kota Pahlawan ini juga turut berperan dalam pendirian PSSI. Pada tahun 1943 SIVB berganti nama menjadi Persibaja [Persatuan Sepakbola Indonesia Soerabaja].
Tahun 1960, nama Persibaja diubah menjadi Persebaya [Persatuan Sepakbola Surabaya], dan menjadi salah satu raksasa bersama Persib dan Persija. Prestasi gemilang terus terjaga ketika PSSI menyatukan klub Perserikatan dan Galatama dalam kompetisi bertajuk Liga Indonesia sejak 1994.

Selain ulah suporternya, Persebaya juga selalu diwarnai kontroversi. Saat menjuarai kompetisi Perserikatan pada tahun 1988, Persebaya pernah memainkan pertandingan yang terkenal dengan istilah ’sepakbola gajah’, karena mengalah kepada Persipura Jayapura 12-0 untuk menyingkirkan saingan mereka PSIS Semarang. Taktik ini membawa hasil, dan Persebaya berhasil menjadi juara.

Pada Liga Indonesia 2002, Persebaya melakukan aksi mogok tanding saat menghadapi PKT Bontang dan diskors pengurangan nilai. Kejadian tersebut menjadi salah satu penyebab terdegradasinya Persebaya ke divisi I.

Tiga tahun kemudian atau tahun 2005, Persebaya menggemparkan publik sepak bola nasional saat mengundurkan diri pada babak delapan besar sehingga memupuskan harapan PSIS dan PSM untuk lolos ke final.

Atas kejadian tersebut Persebaya diskors 16 bulan tidak boleh mengikuti kompetisi Liga Indonesia. Namun, skorsing direvisi menjadi hukuman degradasi ke Divisi I Liga Indonesia.

Semangat Multikultural

Lalu yang menarik dari Persebaya adalah adanya semangat multikultural. Sepakbola memang pengusung jiwa multikultural. Ini bisa dilihat dari beragamanya ras dan etnis pemain di sepanjang sejarah Persebaya. Ketika pada 2004 Persebaya meraih juara Liga, pelatihnya Jacksen F. Tiago berasal dari Brasil. Pada tahun lalu, penjaga gawangnya Zheng Ceng berasal dari Tiongkok. Ceng pernah disambut Pak Dahlan yang pernah memimpin Persebaya selama 2002-2003di Graha Pena. Kehadiran Ceng mampu mengundang minat para penonton yang beretnis Tionghoa.

Sebenarnya berbicara tentang peran pemain Tionghoa dalam tubuh Persebaya hal ini juga pernah terjadi pada era Zaman Jepang dan awal Kemerdekaan. Klub Suryanaga adalah pemasoknya. Tapi tanpa menonjolkan etnis tertentu, berkat perpaduan berbgai etnis Persebaya menjadi pengusung semangat multikultural yang “vokal”.

Bahkan sekarang, meskipun bermain di Divisi Satu, Persebaya tidak kehilangan jiwa multikulturalnya. Dimanajeri Indah Kurnia, klub yang saat ini memuncaki klasemen ini juga merekrut beberapa pemain asal mancanegara, seperti Everbarientos, Marcello Braga, dan Nataphong.

Semangat multikultural memang cocok dengan kondisi metropolis sebagai kota yang beragam. Keragaman adalah kekayaan yang mungkin belum banyak disadari oleh segenap warga metropolis. Penghormatan dan penghargaan kita akan keragaman akan mendorong terciptanya sebuah lingkungan kota yang kondusif untuk kehidupan (seperti berkerja dan beristirahat).

Bahkan penghormatan akan keragaman itu kini juga diusung ke Piala Dunia 2006 di Jerman. Piala Dunia 2006 kali ini mengambil topik Zu Gas bei Freunden (Saatnya untuk berteman atau bersaudara). Menurut ketua panitia Piala Dunia 2006 sekaligus legenda sepak bola Jerman, Franz Beckenbauer, panitia mendapatkan ilham topik ini dari manifesto kaum humanis di tahun 1933. Semangat gerakan humanisme adalah “satu dunia” (One World) tempat, “semua manusia bersaudara” (Alle Menschen werden BrĂ¼der). Humanisme bertujuan mencapai tatanan masyarakat bebas dan universal, di mana manusia berpartisipasi secara cerdas dan sukarela untuk mencapai kebaikan bersama. (Baca tulisan saya Sepakbola, Agama, dan Ancaman Rasisme, Koran Tempo 14 Juni).

Persebaya memang menjadi semacam perekat yang paling memungkinkan untuk mewujudkan nilai-nilai mulia multikultural di metropolis yang majemuk ini. Tapi harus diakui, nilai-nilai mulia seperti itu juga rentan dibajak oleh semangat yang tidak sportif, seperti kerusuhan dan fanatisme membabi buta yang ujung-ujungnya adalah anarkisme. Setiap kali main dengan Persela atau Petrokimia, kita dipenuhi rasa takut jangan-jangan para bonek akan berulah tidak terpuji. Setiap main di Jakarta, warga ibu kota juga dilanda ketakutan akan kehadiran bonek.



Pemain – pemain Terkenal

Persebaya juga dikenal sebagai klub yang sering menjadi penyumbang pemain ke tim nasional Indonesia baik yunior maupun senior. Sederet nama seperti Abdul Kadir, Rusdy Bahalwan, Rudy Keltjes, Didiek Nurhadi, Soebodro, Riono Asnan, Yusuf Ekodono, Syamsul Arifin, Subangkit, Mustaqim, Eri Irianto, Bejo Sugiantoro, Anang Ma’ruf, Hendro Kartiko, Uston Nawawi, Chairil Anwar, dan Mursyid Effendi merupakan sebagian pemain timnas hasil binaan Persebaya.

Salah satu yang cukup dikenang adalah Eri Irianto, pemain timnas era 1990-an yang meninggal dunia pada tanggal 3 April 2000 setelah tiba tiba menderita sakit saat Persebaya menghadapi PSIM Yogyakarta dalam pertandingan Divisi Utama Liga Indonesia 1999/2000. Eri Irianto meninggal di rumah sakit pada malam harinya. Nama Eri kemudian dipakai sebagai nama Wisma/Mess Persebaya yang diresmikan pada tanggal 25 April 1993.

Persebaya pernah mendapat pemain yang sangat berkualitas di ajang Liga Djarum 2005, pemain itu bernama Zeng Cheng ia berposisi sebagai Kiper. Zeng Cheng berasal dari China dan bagusnya ia membela Timnas U-20 China sebagai Kiper Cadangan. Dan sekarang, Zeng Cheng masuk daftar Kiper ketiga di Timnas Senior China.

Pada tahun 2009 Persebaya Surabaya telah mendapatkan pemain bintang asli Indonesia diantaranya : Wijay, Korinus Fingkreuw dari Sriwijaya FC, dan Supriyono dari Persija Jakarta. Dimana tiga pemain ini pernah membela Timnas Indonesia di ajang Internasional.

Di musim 2009/2010 Persebaya Surabaya telah mendatangkan pemain asing diantaranya : Ngon A Djam asal Kamerun, John Tarkpor Sonkaley yang juga Pemain Timnas Liberia, Josh Maguire asal Australia, Dan Defender asal Jepang Takatoshi Uchida.



Prestasi :

Perserikatan

1938 – Runner-up, kalah dari VIJ Jakarta
1942 – Runner-up, kalah dari Persis Solo
1950 – Juara, menang atas Persib Bandung
1951 – Juara, menang atas Persija Jakarta
1952 – Juara, menang atas Persija Jakarta
1965 – Runner-up, kalah dari PSM Ujungpandang (sekarang PSM Makassar)
1967 – Runner-up, kalah dari PSMS Medan
1971 – Runner-up, kalah dari PSMS Medan
1973 – Runner-up, kalah dari Persija Jakarta
1977 – Runner-up, kalah dari Persija Jakarta
1978 – Juara, menang atas PSMS Medan
1981 – Runner-up, kalah dari Persiraja Banda Aceh
1987 – Runner-up, kalah dari PSIS Semarang
1990 – Runner-up, kalah dari Persib Bandung
Liga Indonesia

1994/1995 – Posisi ke-9, Wilayah Timur
1995/1996 – Posisi ke-7, Wilayah Timur
1996/1997 – Juara
1997/1998 – dihentikan
1998/1999 – Runner-up
1999/2000 – Posisi ke-6, Wilayah Timur
2001 - ?
2002 – Degradasi ke Divisi Satu
2003 – Juara Divisi Satu, Promosi ke Divisi Utama
2004 – Juara
2005 – Mundur dalam babak 8 besar (awalnya diskorsing dua tahun, namun dikurangi menjadi 16 bulan, dan kemudian dikurangi lagi menjadi degradasi ke Divisi Satu)
2006 – Juara Divisi Satu, Promosi ke Divisi Utama
2007 – Posisi ke-14, Wilayah Timur (Tidak lolos ke Super Liga)
2008 – Peringkat ke-4. Mengalahkan PSMS Medan dalam Babak Playoff lewat drama adu penalti. Kemudian, secara otomatis Persebaya lolos ke ISL.
Liga Super Indonesia

2009 – dalam progres – pencapaian yang buruk dan dalam bahaya degradasi ke divisi lebih rendah
Liga Champions Asia

1998 – Babak pertama (masih bernama Piala Champions Asia)
2005 – Babak pertama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.